Mengapa Saya Mencintai Gunung

Halo Sobat Pejalan 🙂

Jika kalian bertanya mengapa saya mencintai gunung?

20140417_104130_1

Karena di gunung ada sesuatu yang patut dicintai. Lelah mendaki kemudian turun kembali sebagian orang akan berkata bahwa itu adalah hal yang sia-sia. Tetapi ternyata tidak, ada banyak keuntungan dalam pendakian gunung. Ada hal yang tidak bisa kita temukan saat tidak di gunung.

MENJADI MUDAH BERSYUKUR

Banyak hal sederhana yang membahagiakan, sebotol air yang didapat saat persediaan air habis, tebengan api unggun sehabis jalan hujan-hujanan, ikan/ayam bakar plus sambal di tengah makanan instan. Belum lagi setiap sukses melewati medan berat, atau selamat dari insiden kecil yang membuat saya merasa Tuhan itu Maha Baik, bersyukur sekali atas kebaikan-Nya, ditambah merasakan kebesaran-Nya melalui alam ini. Rasanya tingkat keimanan saya jauh lebih meningkat di gunung.

BADAN MENJADI SEHAT

Awal mendaki gunung yang ada hanya nafas yang memburu, tubuh pegal semua, mengantuk, hingga malas menggelora. Jangan bosan mengulang lagi, sekali dua kali kemampuan fisik pasti akan meningkat. Setelah turun, kapasitas paru-paru membesar. Yang tadinya tidak kuat lari satu putaran keliling komplek, setelah dari gunung bisa lari 10 kali putaran komplek. Percayalah 🙂

PEMANDANGAN ALAM YANG MAHA LUAR BIASA

IMG_9485 (2)_2

IMG_9522_1

Permadani awan, batas Horizon yang membentang luas tak terbatas, birunya danau yang tercipta di tengah cekungan, serta banyak lagi. Foto mungkin bisa menangkap sebagian kecil visual, tapi dia tidak dapat membawa aroma tanah, desiran angin diantara pepohonan, atau hangatnya mentari yang menerpa wajah saat berjalan.

KEMBALI MENJADI MANUSIA

Sapaan hangat di gunung tidak lagi mudah kita temui di kota. Selain itu bantuan lebih mudah kita dapatkan. Ada orang asing yang membantu dan menyapa kita merupakan hal yang menyenangkan. Intinya, sisi kemanusiaan kita akan muncul.

HANYA SATU KATA: ENAK!!

20141027_211629

Mau buat makanan apapun di gunung pasti habis! Tidak peduli nasi yang belum matang, daging yang gosong, sayur yang keras, teh atau kopi yang super dingin. Hanya satu kata: Enak!

TEMPAT YANG ROMANTIS

B3nHltnCQAAqw5u.jpg large

Pernahkah kalian berpegangan tangan dengan kekasih di tengah bekunya malam, ditemani api unggun yang hangat dan beratapkan jutaan bintang? Atau berdua menyusuri padang Edelweiss yang luas, dikelilingi perbukitan hijau yang cantik? atau Shalat berjamaah dengan orang yang kalian sayang? Romantis bukan?

MENGUJI MENTAL DAN MELAWAN BATAS

carstensz-tyrolean

Semakin ke atas fisik semakin lemah. Jadi ingatlah, asal niat kuat pasti bakal berhasil! Walau badan sudah lemah, kaki sudah tidak mampu melangkah, kalau semangat masih ada, eh kok kita bisa sampai ya?  Jangan pernah menyerah, karena seberat apapun, toh puncak itu akan sampai juga pada akhirnya.

MENGHARGAI SEBUAH PENCAPAIAN

20140415_092305

Senang dan bangga bila telah mencapai puncak gunung. Perasaan terharu, puas, lega dan bahagia yang tak terlukiskan campur aduk jadi satu. Rasa yang tidak bisa didapatkan di tempat lain, apalagi dibeli. Hanya bisa ditukar dengan ribuan langkah kaki, tetesan keringat dan semangat yang tidak pernah padam.

Semoga artikel ini akan lebih menyadarkan kita untuk bisa mencintai gunung dan alam semesta.

Jabat Hangat

Referensi

1

Tinggalkan komentar